Dialog Rindu Melawan Waktu; Chapter 2 : Lelaki Pecinta Subuh

Chapter 2 :
Lelaki Pecinta Subuh

Sayup-sayup adzan subuh berkumandang, memanggil para pemeluk agama Islam untuk bangun menunaikan ibadah wajib sholat subuh. Udara dingin pagi di luar, yang sangat berlawanan ketika siang telah datang, seolah membantu tugas para kasur yang empuk dan selimut yang hangat untuk menggoyahkan iman para pejuang subuh. Kombinasi ini sangat ampuh. Alarm dari smartphone yang sedari tadi telah berteriak keras, seketika bungkam dengan fitur snooze yang tersedia. Kebanyakan memang seperti itu.

Teori itu tak berlaku untuk seseorang yang kini tengah menghadap cermin sebadan yang tergantung di samping lemari bajunya, sambil menggulung sarung biru tua pemberian ayahnya. Setelah menggunakan wewangian, lelaki ini pun mengunci pintu kamarnya, dan berjalan pelan menuju ke masjid yang jaraknya kira-kira 500 meter dari tempat tinggalnya.

Sepulangnya dari masjid, lelaki itu duduk di depan kamarnya, sambil mengecek pemberitahuan masuk di HP nya yang dari tadi malam belum sempat dibacanya. Ditemani segelas kopi sachet, lelaki ini pun mulai larut menatap layar kaca HP nya. Yah walau kebanyakan memang dari Official Account yang sedang mempromosikan barang/jasa yang tengah diluncurkan. Sisanya notifikasi dari grup yang mengingatkan para anggota baru untuk datang pada pertemuan perdana organisasi.

Hendak beranjak bangkit, gerakannya terhenti ketika melihat satu notifikasi yang terselip di antara notifikasi lain.

“Bil, kau nanti datang kan kumpul anggota baru? Bareng dong”

Dengan cepat, Nabil pun membalas pesan yang hampir tidak dibacanya.

“Iya santai, tunggu aja nanti di tempat biasa. Paling udah makan siang aku ke sana.” Balas Nabil singkat.

“Wah, aku kayaknya mau ke perpustakaan dulu bil. Ketemuan di sana bisa kali ya?” Pesan balasan pun langsung mendarat masuk.

“Cepat banget kau bales, kayak paket JNE aja” Ketik Nabil.

“Yaelah kayak gatau aku aja Bil. Di Perpus ya, Oke Oke?” Lagi-lagi hitungan detik pesan balasan masuk.

“Iya, InsyaAllah” Jawab Nabil mengakhiri percakapan.

Pasca meladeni  Fatir, teman yang dia kenal dari Pengenalan Kehidupan Kampus, Nabil pun meletakkan kembali HP nya ke atas kasur, seraya mengambil buku “Seni Kepemimpinan Para Nabi” di sela-sela tumpukan buku di atas meja belajarnya. Komponen terakhir yang dibutuhkan untuk menjalankan pagi yang sempurna pun akhirnya lengkap; Suasana pagi, Kopi, dan Buku. Mata Nabil pun dengan sigapnya melahap rentetan kata demi kata. Nabil perlahan tenggelam pada pagi sempurnanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atas Nama Ketidakpastian, Aku Menyerah.

Gadis Sepertiga Malam