Ternyata....

“Menurutmu aku harus bagaimana?”

Ada aku di sini. Hiraukan saja dia
“Bagaimana apanya?”

“Iya aku tak tahu apa yang harus aku lakukan”

Sudah,tak usah kamu fikirkan lagi dirinya.
“Ikuti kata hatimu”

“Aku sudah jatuh hati kepadanya, hati tak bisa bohong”

Ah,begini rasanya tak dianggap.
“Ya seharusnya kamu minta saja kejelasan darinya”

“Gila! Aku kan cewe. Lagian aku juga seperti tak dianggap. Kamu tak tahu saja rasanya”

Haha. Bahkan sebelum kamu bilang, aku sudah lama merasakannya.
“Iya memang. Aku kan bukan kamu”

“Walau begitu, hatiku tetap ingin dia.”

Tolong hentikan, kamu semakin meremuk perasaanku.
“Aku tak tahu harus berkata apa”

“Kadang dia jadi cowok paling perhatian dan penuh kasih sayang, terkadang juga sebaliknya”

Aku tak akan tega melakukan hal itu kepadamu.
“Mungkin saja dia butuh ruang sendiri”

“Ah, semua cowok sama saja. Tak peka.”

Sama bagaimana? Bahkan kamu tak menyadari perasaanku selama ini.
“Mungkin sudah takdirnya begitu”

“Terkadang aku lelah. Sepertinya tak ada yang menyukaiku”

Buka matamu, gadis “perasa”.
“Masih disimpan Tuhan, barangkali.”

“Aku iri dengan teman-temanku yang jadi rebutan para cowok. Tak seperti aku yang selalu dipandang sebelah mata”

Akupun tak mau kamu jadi rebutan para cowok. Aku hanya ingin kamu untukku.
“Semua akan indah pada waktunya”

“Kapan waktunya?”

Tunggu. Aku siapkan diriku dulu. Secepatnya aku ke rumahmu. Bertemu orang tuamu.
“Jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain. Semua punya waktunya masing-masing”

“Kamu benar. Tapi tidak salah kan jika aku berharap menemukan orang yang menyayangiku secepatnya?”

HEY! Dia tepat di depanmu loh.
“Iya tidak salah. Terus berdoa dan bersabar saja. Suatu saat akan datang kok”

“Kira-kira dia sehat ga ya? Sekarang sedang apa dia? Semoga tidak lupa makan siang”

Alhamdulillah sehat. Lagi mendengar curhatan tambatan hati. Belum makan siang nih, makan yuk.
“Jangan kebanyakan mengkhayal, kesambet nanti”

“Benar juga. Setan sering mendekat, makanya lelaki menjauh. Hahahaha”

Garing sih. Tapi sayang.
“Wajar aja jomlo. Kualitas humor kamu perlu diperbaiki.”

“Hahaha. Kamu jangan terlalu dingin, nanti ga ada yang mau sama kamu”

Aku tak mengharapkan orang lain sih selain kamu. Jadi tidak masalah.
I’ll try my best”

“Yaudah deh, aku duluan balik ya. Jangan kangen.”

“...........”

Entah apa yang kamu maksud dari kalimat terakhirmu. Bahkan untuk membalas kalimatmu pun, aku tak mampu. Hanya lambaian tanganku yang bergerak ke kiri-kanan, mengantar langkah kepergianmu menyudahi percakapan kita siang ini. Meninggalkanku sendiri, bersama harapan yang tak tahu harus berlabuh ke mana. Ternyata, tak semua perempuan perasa.
***




Ayolah, bantu aku.
“Menurutmu aku harus bagaimana?”

“Bagaimana apanya?”

Tak cemburu kah kamu mendengar ceritaku?
“Iya aku tak tahu apa yang harus aku lakukan”

“Ikuti kata hatimu”

Hatiku inginkan dirimu.
“Aku sudah jatuh hati kepadanya, hati tak bisa bohong”

“Ya seharusnya kamu minta saja kejelasan darinya”

Ayolah, perjuangkan aku. Be A Man!
“Gila! Aku kan cewe. Lagian aku juga seperti tak dianggap. Kamu tak tahu saja rasanya”

“Iya memang. Aku kan bukan kamu”

Dingin. Percuma kalau kamu tak bertindak. Perasaan ini akan selamanya terkubur.
“Walau begitu, hatiku tetap ingin dia.”

“Aku tak tahu harus berkata apa”

Tolong katakan bahwa kamu juga menaruh rasa denganku.
“Kadang dia jadi cowok paling perhatian dan penuh kasih sayang, terkadang juga sebaliknya”

“Mungkin saja dia butuh ruang sendiri”

Kumohon, jangan biarkan perasaan ini terkekang lama-lama.
“Ah, semua cowok sama saja. Tak peka.”

“Mungkin sudah takdirnya begitu”

Takdir kamu bilang? Apa susahnya sedikit berjuang untuk melawannya?
“Terkadang aku lelah. Sepertinya tak ada yang menyukaiku”

“Masih disimpan Tuhan, barangkali.”

Tidak. Aku yakin Tuhan telah menunjukkanya kepadaku.
“Aku iri dengan teman-temanku yang jadi rebutan para cowok. Tak seperti aku yang selalu dipandang sebelah mata”

 “Semua akan indah pada waktunya”

Aku tak tahan lagi.
“Kapan waktunya?”

“Jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain. Semua punya waktunya masing-masing”

Bahkan aku tak ingin membandingkan hidupku. Kamu satu-satunya yang kuingin.
“Kamu benar. Tapi tidak salah kan jika aku berharap menemukan orang yang menyayangiku secepatnya?”

“Iya tidak salah. Terus berdoa dan bersabar saja. Suatu saat akan datang kok”

Selalu. Aku selalu berdoa agar kamu membebaskan sayang yang tak lagi tertahan ini.
“Kira-kira dia sehat ga ya? Sekarang sedang apa dia? Semoga tidak lupa makan siang”

“Jangan kebanyakan mengkhayal, kesambet nanti”

Haha sudahlah. Mungkin anganku saja yang berlebihan.
“Benar juga. Setan sering mendekat, makanya lelaki menjauh. Hahahaha”

“Wajar aja jomlo. Kualitas humor kamu perlu diperbaiki.”

Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu, sedangkan aku di sini menunggumu.
“Hahaha. Kamu jangan terlalu dingin, nanti ga ada yang mau sama kamu”

I’ll try my best”

Mungkin saatnya aku menyerah.
“Yaudah deh, aku duluan balik ya. Jangan kangen.”

“...........”

Pelupuk mataku sudah bagaikan bendungan terkuat di dunia: Menahan tangis yang sedari tadi ingin tumpah. Mungkin aku belum cukup baik untuknya. Mungkin aku terlalu berkhayal berlebihan. Maafkan aku yang terlalu berharap. Ternyata,memang semua lelaki tak peka.
***

Credit foto : www.dakwatuna.com


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Rindu Melawan Waktu; Chapter 2 : Lelaki Pecinta Subuh

Atas Nama Ketidakpastian, Aku Menyerah.

Gadis Sepertiga Malam