Kehabisan Kata


Dari banyaknya kata di muka bumi ini, aku bahkan tak bisa memilih beberapa saja. Sedikit saja. Sebait saja. Mereka bersembunyi, sambil mengintip dari kejauhan. Sayup-sayup tawa mereka membuatku kesal. Aneh, biasanya aku tak begini. Entah kenapa, aku kehabisan kata. Yang kulakukan hanya diam, mendengarkanmu bercerita. Kadang aku menatap lekat matamu. Lekat dan dalam. Sebagian lagi hanyalah caraku agar aku tak terlalu ketahuan mengagumimu: pura-pura  serius membaca tulisan di laptopku, atau menjelajah tajam gelas kopi yang bahkan tak ada tulisannya.

Aku tak ingat kapan aku mulai begini.

Yang aku tahu, segala tentangmu sungguh menarik. Di dunia yang bising ini, cukup langka untuk menemukan orang yang bisa membuatku terfokus hanya untuk mendengarnya. Tentang kesehariannya yang kadang menyedihkan tapi konyol. Tentang perjuangannya. Tentang cita-citanya. Tentang rencana hidupnya. Apapun, asal tentangnya, akan aku dengarkan. Sesekali merespon, sesekali memberi saran jika dibutuhkan. Dan mungkin juga hanya diam. Menjadi pendengar yang baik atas keluh-kesahnya, kekesalannya, kesedihannya, yang sejatinya tak butuh saran. Hanya ingin didengarkan, dan dimengerti.

Mencintaimu diam-diam, namun berharap ditemukan. Menyedihkan.

Jakarta, 30 April 2019

Lelaki yang kehabisan kata


Komentar

  1. Baru mantengin blogmu lagi aku dan selalu suka, terus berkarya ditunggu tulisan selanjutnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Rindu Melawan Waktu; Chapter 2 : Lelaki Pecinta Subuh

Atas Nama Ketidakpastian, Aku Menyerah.

Gadis Sepertiga Malam