Postingan

Kian Lama, Kian Sebentar

Gambar
Aku di sini, kau entah di mana. Aku menulis sendiri, kau entah dengan siapa. Bukan karena aku tak ingin bertanya. Tapi semata-mata karena tak ingin waktumu tersita. Kalo boleh jujur, sungguh, aku ingin selalu mendengar kabarmu. Ceritamu. Apapun tentangmu. Kemanapun. Asalkan denganmu. Yang terjadi saat ini, justru sebaliknya. Kau dengan duniamu, aku dengan kesibukanmu. Nyatanya, tak ada orang yang benar-benar sibuk. Kau tahu kan apa maksudnya? Aku selalu bilang itu di penghujung pesanku ketika kau ingin pergi atau melakukan sesuatu. Mungkin kau lupa, atau mungkin aku yang tak selalu bilang. Sungguh, aku tak tahu bagaimana ini akan berakhir. Yang aku tahu, saat ini, aku hanya perlu berjuang. Meluruskan niat, dan tetap menjaga. Jika cinta hanya diartikan dengan saling bertukar kabar setiap hari, maka sesungguhnya aku telah merendahkan makna yang sebenarnya. Cinta yang diungkapkan dengan pembuktian, akan selalu lebih kuat dari kata-kata rayuan belaka. Meski mem

Kehabisan Kata

Dari banyaknya kata di muka bumi ini, aku bahkan tak bisa memilih beberapa saja. Sedikit saja. Sebait saja. Mereka bersembunyi, sambil mengintip dari kejau h an. Sayup-sayup tawa mereka membuatku kesal. Aneh, biasanya aku tak begini. Entah kenapa, aku kehabisan kata. Yang kulakukan hanya diam, mendengarkanmu bercerita. Kadang aku menatap lekat matamu. Lekat dan dalam. Sebagian lagi hanyalah caraku agar aku tak terlalu ketahuan mengagumimu: pura-pura   serius membaca tulisan di laptopku, atau menjelajah tajam gelas kopi yang bahkan tak ada tulisannya. Aku tak ingat kapan aku mulai begini. Yang aku tahu, segala tentangmu sungguh menarik. Di dunia yang bising ini, cukup langka untuk menemukan orang yang bisa membuatku terfokus hanya untuk mendengarnya. Tentang kesehariannya yang kadang menyedihkan tapi konyol. Tentang perjuangannya. Tentang cita-citanya. Tentang rencana hidupnya. Apapun, asal tentangnya, akan aku dengarkan. Sesekali merespon, ses