Sebegitukah bencinya dirimu terhadap kehilangan?



Sebegitukah bencinya dirimu terhadap kehilangan? Sampai bibirmu terkunci rapat ketika aku mencoba menyapamu yang kebetulan bertemu di perpustakaan. Apakah bagimu orang yang mencoba menjauh darimu, tak layak mendapatkan tempat walau hanya di sudut matamu?

Tak tahu kah dirimu, bahwa sesak di dada bukan hanya kau yang rasa? Tak dapat kabar sehari saja darimu aku sudah resah, pikirmu apa yang kurasa ketika saat ini kamu bahkan menganggapku tak ada? Kamu pikir diriku siap? Menghadapi badai sepi yang tak berujung? Memadamkan kobaran rasa rindu yang melahap setiap fikiranku ketika tidur? Tidak. Aku tak sekuat itu.

Ah,sudahlah. Aku dapat menebak apa yang ada dalam benakmu. Bahwa aku hanyalah timun pada "cuko pempek". Tak ada artinya. Atau mungkin, seorang pria yang ditakdirkan untuk menjadi pelajaran dalam hidupmu. Atau lebih parah lagi,bahwa aku adalah pelaku utama yang membuatmu jera untuk bisa kembali merasakan hangatnya cinta. Entahlah, aku penebak yang buruk.

Tapi bagiku, tak begitu. Cinta yang salah adalah ketika kau lebih nyaman ngobrol dengannya daripada ngobrol dengan-Nya. Bagaimana mungkin kita menggantungkan harapan kepada sesama mahluk ciptaan-Nya?

Biarlah, saat ini, aku memang tak bisa apa-apa. Aku tak punya apa-apa. Setidaknya, aku teguh atas pendirianku. Perihal memuliakan cinta, aku sadar langkah yang kuambil sudah benar. Bahwa kehilangan, memang menjadi guru terbaik untuk menyadarkan, sekarang Tuhan tengah cemburu dengan caraku yang tak tahu malu.


Bersabarlah dalam do’amu. Karena tulang rusuk takkan pernah tertukar.

Komentar

  1. Ajipppp, keren, cuakep, muantapp 👏

    BalasHapus
  2. Ajipppp, keren, cuakep, muantapp 👏

    BalasHapus
  3. So far so good, pas menancap di hati. Tapi salah fokus dicuko pempek. Lanjutkan bang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Okeoke terimakasih sarannya, jangan bosan mampir yah 😂

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kehabisan Kata

Ternyata....

LILIN