Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Menimbang Bimbang

Kepada jarak, barangkali memang harus begini. Keterpisahan itu menguatkan. Kalimat saja membutuhkan spasi agar menjadi berarti. Melawannya sama saja dengan menutup ruang berkembang. Memakinya menandakan ketidakcerdasan. Maka dari itu, bangkitlah. Sekarang bukan waktunya kalah, apalagi pasrah. Kepada hujan, datanglah dan jangan enggan. Kehadiranmu selalu menenangkan angan. Hiraukan mereka yang tak mampu membendung kenangan, sehingga akhirnya menyalahkan. Mereka hanya belum siap. Atas kehilangan, yang sebenarnya melegakan. Atas perjuangan, yang tak melulu tentang senyuman. Naif. Akhir-akhir ini aku menjadi terlalu melankolis, dan kamu yang menjadi egois. Kamu penjarakan rinduku sendirian, meninggalkannya kelaparan, tak sedikitpun kamu beri makan, walau hanya secuil kabar. Entah kamu berusaha membuatnya mengerti arti bersabar, atau karena ingin membuatku sadar: bahwa kamu bukanlah tempat untukku bersandar. Ya benar. Aku hanya mencoba berbaik sangka. Kurasa ini hanya p

Tentang Waktu Yang Tak Mau Tahu

Gambar
“Kau bertanya apa tadi, coba ulangi?” Ujarmu sambil menjauhkan segelas teh hangat yang sudah kosong. “Makanya, kalau orang ngomong, diperhatikan.” Balasku setengah merengut. “Jika kau harus memilih, mana yang akan kau pilih : Membaca apa yang difikirkan oleh orang lain, atau Mengendalikan waktu?” Ulangku seraya menatap matamu lekat. Kau memainkan sumpit makanmu, seraya menatap sudut-sudut ruko, layaknya tengah mencari jawaban yang barangkali bersembunyi entah di mana. “Mmm... Aku akan memilih mengendalikan waktu!” Jawabmu akhirnya. “Lah? Bukankah waktu sudah menjalankan tugasnya dengan baik?” Sergahku kebingungan. “Baik apanya? Waktu telah merenggut segalanya dariku.” Balasmu lirih. “Waktu menjadi tersangka yang telah merebut orang yang aku cinta pergi, dan tak akan kembali.” Sambungmu kini dengan nada yang lebih tinggi. Wajahmu mulai memerah, semerah jilbab yang tengah kau kenakan. Terlihat kemarahan dan kesedihan tengah menguasai dirimu.Menanggalkan

Ternyata....

Gambar
“Menurutmu aku harus bagaimana?” Ada aku di sini. Hiraukan saja dia “Bagaimana apanya?” “Iya aku tak tahu apa yang harus aku lakukan” Sudah,tak usah kamu fikirkan lagi dirinya. “Ikuti kata hatimu” “Aku sudah jatuh hati kepadanya, hati tak bisa bohong” Ah,begini rasanya tak dianggap. “Ya seharusnya kamu minta saja kejelasan darinya” “Gila! Aku kan cewe. Lagian aku juga seperti tak dianggap. Kamu tak tahu saja rasanya” Haha. Bahkan sebelum kamu bilang, aku sudah lama merasakannya. “Iya memang. Aku kan bukan kamu” “Walau begitu, hatiku tetap ingin dia.” Tolong hentikan, kamu semakin meremuk perasaanku. “Aku tak tahu harus berkata apa” “Kadang dia jadi cowok paling perhatian dan penuh kasih sayang, terkadang juga sebaliknya” Aku tak akan tega melakukan hal itu kepadamu. “Mungkin saja dia butuh ruang sendiri” “Ah, semua cowok sama saja. Tak peka.” Sama bagaimana? Bahkan kamu tak menyadari perasaanku selama ini. “Mungkin suda