Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Atas Nama Ketidakpastian, Aku Menyerah.

            Ya. Lelaki sepertiku memang tak punya nyali. Mengucapkan salam perkenalan denganmu saja, mulut seakan bersaudara dengan es. Seketika kelu dan membeku, tak mampu mengucap. Apa mungkin karena dirimu... bidadari tak bersayap?             Disaat teman-temanku mencoba menarik perhatianmu dengan segala cara yang mereka tahu, aku disini malah membisu. Bodohnya, aku malah keluar dari ruangan tempat kita dipersatukan. Berdalih mencuci muka agar tidak mengantuk, padahal sejatinya hanya ingin menyembunyikan hati yang remuk.             Walaupun waktu mengambil peran penting yang berkatnya kamu dan aku akhirnya sudah mulai bercengkrama, kepecundangan bangkit seraya menampar keras dan seolah berteriak : Kamu takkan pernah pantas bersamanya.             Ketika akhirnya aku berani menyatakan perasaanku kepadamu, kamu tak akan pernah tahu bagaimana terik matahari di tengah taman bunga yang tengah mekar, berubah menjadi semilir angin sepoi-sepoi yang meneduhkan. Bagaimana bau

Sebegitukah bencinya dirimu terhadap kehilangan?

Gambar
Sebegitukah bencinya dirimu terhadap kehilangan? Sampai bibirmu terkunci rapat ketika aku mencoba menyapamu yang kebetulan bertemu di perpustakaan. Apakah bagimu orang yang mencoba menjauh darimu, tak layak mendapatkan tempat walau hanya di sudut matamu? Tak tahu kah dirimu, bahwa sesak di dada bukan hanya kau yang rasa? Tak dapat kabar sehari saja darimu aku sudah resah, pikirmu apa yang kurasa ketika saat ini kamu bahkan menganggapku tak ada? Kamu pikir diriku siap? Menghadapi badai sepi yang tak berujung? Memadamkan kobaran rasa rindu yang melahap setiap fikiranku ketika tidur? Tidak. Aku tak sekuat itu. Ah,sudahlah. Aku dapat menebak apa yang ada dalam benakmu. Bahwa aku hanyalah timun pada "cuko pempek". Tak ada artinya. Atau mungkin, seorang pria yang ditakdirkan untuk menjadi pelajaran dalam hidupmu. Atau lebih parah lagi,bahwa aku adalah pelaku utama yang membuatmu jera untuk bisa kembali merasakan hangatnya cinta. Entahlah, aku penebak yang buruk. T

Batas

Gambar
“ Mana yang lebih menyakitkan: Meninggalkanmu bersama tumpukan aksara yang kita tulis bersama dan berjanji akan menghadapinya, atau terus menjalani hubungan yang sejatinya dilarang oleh sang Maha Pemilik Segalanya?” “Bagaimana Keadaanmu?” “Apakah tidurmu teratur?” “Harimu melelahkan?”             Kau tahu? Kusimpan pertanyaan itu sejak hari aku memutuskan untuk meninggalkanmu. Bukan hanya dirimu yang terluka. Aku juga. Bagaimana tidak, janji yang telah kita ukir, harapan yang tengah kita bangun, seketika runtuh. Tak bersisa, tak berjejak. Usai saat itu, aku berubah menjadi pecundang. Bahkan untuk bertanya tentang kabarmu saja aku tak punya nyali. Apalagi melihatmu berurai air mata? Sejatinya hatiku berteriak melawan, namun bibirku tetap bungkam .             Kau tahu? Ketika kita memutuskan untuk dekat dan saling menjaga, sedetik pun tak pernah kulepaskan penjagaanku terhadap perasaan itu. Naif memang. Merasa sebagai pria yang sudah sanggup menjalani hubungan serius.

Gadis Sepertiga Malam

Gadis Sepertiga Malam Pertemuan tak selamanya indah seperti yang disuguhkan di televisi. Adegan tak sengaja bertabrakan di lorong sekolah,dengan berjatuhannya buku bawaan  bersama dengan jatuhnya hati dua insan yang bahkan tidak pernah saling jumpa. Kalimat klise seperti “Kamu tidak apa?” menjadi alat pencair suasana yang sejatinya tidak dingin sekalipun. Atau bahkan ketika sang perempuan duduk termenung di halte bis, sembari menunggu sinar matahari yang sedang enggan menampilkan cahayanya karena sang hujan dengan angkuhnya datang mengambil alih keadaan, tiba-tiba muncul pria tampan berpenampilan menarik yang hanya diam seraya menyerahkan jaket hoodie kesayangannya, menjadikan itu tanda perkenalan yang begitu romantis. Tidak. Pertemuan tak selalu seindah itu. Setidaknya itu yang aku pastikan dan rasakan ketika saat jumpa pertama kita: saat kau dan aku, belum menjadi kita. Tak ada satu hal pun yang harus mendorong imajinasiku untuk berangan, atu bahkan sekilas pemikiran bahwa