Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Aksara dan Telinga

Aksara dan Telinga Kukira mulut tercipta Bukan untuk mengada-ada Sungguh malang gerombolan aksara Lemas menangis kehilangan rasa                                             Dan kini mereka pun menjelma                       Terbujur kaku tak berdaya                       Perlahan memudar, perlahan menghilang                       Gugur tanpa ada yang mengenang Kukira telinga hadir Tak hanya untuk mengenal takdir Sejatinya ia berhak tahu Yang tak tersampaikan sedari dulu                       Nyatanya ia tak peduli                       Dengan apa apa yang telah terjadi                       Yang ada ia malah tak sabar                       Menunggu apa yang ingin ia dengar Dan kini ada aku Representasi dari aksara Dan ada kau Berdiri mewakili telinga                                             Tak banyak yang aku pinta                       Hanya satu menit untuk bicara                       Kurasa tak ada

LILIN

Pernah disuatu masa, kau dan aku bercerita. Terbuka, dan apa adanya. Tanpa ada perasaan dihakimi atau dianggap keji. Mencoba membuka diri, tanpa harus takut dibohongi. Kau bahkan tak tahu dirimu sedang terluka. Sedangkan kau bertanya, apakah tindakanmu melukai orang lain. Bisakah kau berhenti sejenak? Berhenti untuk tidak peduli dengan keadaan dirimu sendiri.  Berhenti menjadi lilin, yang memilih hancur demi menerangi orang lain, hanya disaat mereka membutuhkanmu.  Perlahan meleleh, sampai tak tersisa, dan tak terkenang. Apakah kau baik-baik saja? Kuharap begitu. Rizki Akbar Bandung, 29 Januari 2019